Hari ini adalah hari bahagiaku. Aku bersyukur karena di hari ini Tuhan benar-benar mengabulkan doaku. Doa yang selalu aku panjatkan dalam setiap sujudku. Doa yang tak pernah bosan aku memintanya.
Kupandangi diri dalam cermin. Bibirku seakan tak kuasa menahan senyum yang terus saja menggodanya karena melihat diriku yang tengah berbalut gaun putih nan indah itu. Sungguh, aku tak pernah merasa secantik ini sebelumnya. Bermacam gaya ku gerakan di depan cermin itu. Gaun putih itu ku kibaskan, kedua tanganku aku ayunkan ke kiri, ke kanan dan sesekali tubuhku berputar.
“Sudah cantik” dua kata yang berbalut senyuman itu terdengar. Hanya mampu ke balas dengan senyuman.
“Ini hari bahagia mu, abadikanlah senyuman itu.” Ibu memelukku.
“Ayo cepat ganti baju.”
Ahhh .. rasanya berat sekali melepas pakaian itu. Aku sengaja tak beranjak sedikitpun dari dekapannya. Kembali ku peluk erat ibuku.
“hmmmmhh,, anak ini.”
Ku tengadahkan wajahku untuk sejenak menatap wajahnya dan menunjukkan lesung pipiku. Aku melihat senyuman tulus ibu dengan mata yang berbinar indah. Tangannya mengelus kepalaku.
“Nak, kamu sekarang sudah dianugerahi sosok yang kamu dambakan. Sosok yang selalu kamu pinta dalam doamu agar Tuhan sudi menciptakan sosok itu untukmu. Patuhilah dia selama perintahnya membawamu menuju keridhoan Tuhanmu. Temanilah dia selalu, dalam keadaan apapun. Kemarin, kau sudah sering belajar bagaimana menjadi seorang pendengar yang baik, pembicara yang baik, pembaca yang baik bahkan penulis yang baik melalui keluarga, teman-teman dan lingkunganmu. Sekarang sudah waktunya untuk mempraktekan hasil belajrmu itu kepadanya. Dia adalah lelaki hebat, ibu percaya itu. Kecintaannya kepada Tuhan akan membawamu menuju kebahagiaan. Maka berusaha lah untuk selalu memberikan yang terbaik untuknya.”
Kuanggukkan kepalaku dengan senyum yang lagi-lagi menyapa bibirku.
“Ingat, ya, Nak! Mulai hari ini dia lah yang memegang kunci pintu surge dan nerakamu.”
Seketika hening menyelimuti ruang kamarku kala itu, dan “Bismillah” hanya kata itu yang mampu ku ucap.
“Yasudah, cepat ganti baju. Suamimu menunggu.”
Akupun melepaskan diri dari dekapan ibuku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar